Ini tugas esaiku waktu kelas XII, ternyata masih tersimpan di memori..
ya aku share di blog deh.. maaf ya kalo jelek, lagi belajar juga soalnya, hehee :D
ya aku share di blog deh.. maaf ya kalo jelek, lagi belajar juga soalnya, hehee :D
“Mau kuliah dimana?”, pertanyaan yang
sering terdengar oleh siswa SMA kelas XII. Setelah menempuh pendidikan selama
kurang lebih 12 tahun, sebutan mereka yang tadinya sebagai siswa akan berganti
menjadi mahasiswa. Ya, siapa yang tidak ingin kuliah? Tentunya siswa yang
khususnya SMA, setelah lulus nanti ingin melanjutkan ke perguruan tinggi untuk
meneruskan pendidikan yang lebih spesifik. Pendidikan di perguruan tinggi
dominan menentukan prospek kerja yang akan digeluti siswa tersebut.
Dalam mencapai
kelulusan, siswa harus menempuh berbagai “halang-rintang”, seperti Ujian
Nasional, Ujian Sekolah, setelah itu SNMPTN, dan sebagainya. Pada waktu kelas
akhir, memang siswa disibukkan dengan berbagai kegiatan untuk mempersiapkan
diri untuk menghadapi semua ujian, seperti les dan pelajaran tambahan.
Pembagian waktu harus dipersiapkan matang-matang agar dapat mencapai semua
kegiatan tersebut dengan baik.
Persaingan saat ini semakin ketat.
Perusahaan satu dengan yang lainnya di berbagai negara saling bersaing
menunjukkan kehebatan produk-produknya. Apalagi teknologi canggih telah
mendominasi aktivitas manusia sekarang ini. Hal tersebut terjadi karena
kualitas SDM yang baik. Maka dari itu, semua perguruan tinggi akan menyeleksi
siswa-siswa yang akan masuk, karena kuota siswa yang masuk pasti dibatasi.
Tentunya, semua siswa tersebut akan bersaing satu sama lain. Sehingga, dengan
titel “LULUS” pun tidaklah cukup. Mereka juga harus mendapat nilai yang lebih
tinggi dari nilai minimal. Jika tidak, maka akan tergeser oleh siswa lain
dengan nilai yang lebih tinggi.
Yang menjadi masalah,
masih saja ada lulusan dari perguruan tinggi yang belum mendapatkan pekerjaan.
Mengapa hal tersebut terjadi?, ada 2 kemungkinan. Yang pertama, ketidaksiapan
mental mereka dalam menghadapi persaingan. Yang kedua, terbatasnya lapangan
pekerjaan yang disediakan pemerintah. Dan yang mendominasi sekarang
ini adalah terbatasnya lapangan kerja. Dari yang saya dengar, lebih dari 50%
lulusan S1 dan 5% lulusan S2 belum mendapatkan pekerjaan di wilayah Indonesia. Hal
tersebut berkaitan dengan 2 kemungkinan tadi, tidak siap mental dan tidak ada
lapangan kerja.
Jika
lapangan kerja terbatas, apakah tidak ada cara lain untuk mengatasi
pengangguran?. Pastinya ada dengan membuat lapangan kerja sendiri atau
berwirausaha. Sebaiknya, pemerintah memberikan berbagai
penyuluhan atau seminar tentang wirausaha, agar masyarakat tidak hanya
bergantung dengan bekerja untuk orang lain. Membuat lapangan kerja
sendiri dibutuhkan kreativitas. Pemerintah dapat memberikan kiat-kiat tentang
berwirausaha. Jika angka pengangguran dapat ditekan, kesejahteraan dapat
dirasakan oleh semua bukan?