"Capailah prestasi sebanyak-banyaknya dalam hidup, karena hidup hanya sekali. Manfaatkan waktu yang ada untuk berkarya. Lakukan hal yang baru setiap hari agar tidak membosankan. Dan sayangilah dirimu sendiri serta orang-orang di sekitarmu, ;)"

Bulan
Feeds RSS
Feeds RSS

Minggu, 17 Desember 2017

Dakwah dengan Kapasitas Diri

Alhamdulillah wa syukurilah aku gemakan dalam hati kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan nikmat kepadaku yang tiada habisnya. Nikmat fisik yang sempurna dan sehat. Nikmat mampu berpikir dengan jernih. Nikmat jiwa yang tenang. Dan yang terpenting adalah nikmat Islam. Semoga orang tuaku dan orang-orang yang kusayangi (tentu aku berharap tidak hanya yang kusayangi saja, tapi semua orang. Tapi semua itu kehendak Allah) yang belum mendapat nikmat Islam, Allah bukakan pintu hatinya dan Allah berikan cahaya Islam itu, aamiin!

Usiaku saat ini sudah 22 tahun. Waktu yang tidak singkat bagiku berada di dunia ini. Lebih banyak dosanya daripada pahalanya. Astaghfirullah al Adzim.. :(
Semoga Allah mengampuniku yang lalai ini.. aamiin..

Usia terkait dengan waktu. Usia 22 tahun itu dikategorikan masih muda kan ya, hehee
Tapi, selama 22 tahun itu, aku udah ngelakuin hal apa aja? Udah berkontribusi apa untuk Allah, Rasulullah, orang tuaku, saudara-saudaraku, kampusku, orang-orang sekitarku, dan bangsaku? Hmm
Aku jadi keingetan Sultan Muhammad Al-Fatih. Beliau yang di usianya masih muda kayak aku, 21 tahun, sudah bisa memimpin pasukan untuk menaklukkan Konstantinopel, fasih banyak bahasa, dan banyak kelebihannya lainnya. Bayangkan, 21 tahun sudah bisa menaklukkan Konstantinopel, itu prestasi yang amazing. Tapi gimana dengan aku? 22 tahun.. Ya Allah..

Mungkin terbesit di pikiran, "Ya itu kan Muhammad Al-Fatih, lha elu siapa emang?"

Jangan gitu, kita kan diberikan banyak fasilitas sama Allah, tapi kitanya sendiri yang lalai dan ngga peka. Kita bisa mencontoh beliau kok, meskipun ngga sehebat beliau. Cukup peka terhadap keadaan sekitar. Pasti banyak deh masalah-masalah di sekitar kita, ya ngga?!

Dan aku bersyukur diberikan seorang bapak yang 'gila ilmu'. Beliau yang memaksaku untuk kuliah. Padahal dulu aku pengen banget kerja dulu dan kuliah pake uang sendiri. Justru yang ada adalah perang dingin antara aku sama bapak. Akhirnya aku mengiyakan permintaannya.
Dan yang aku rasakan selama 4 tahun kuliah, sangat berbeda dengan ketika aku masih SMA.
Kuliah membuat aku berpikir lebih luas dan banyak sudut pandang. Yang jelas, membuat aku lebih peka. Dengan kuliah, aku juga bisa banyak ikut banyak agenda bermanfaat. Terakhir, dengan kuliah, aku belajar apapun lebih banyak dan kesempatannya lebih luas. Syukran Ya Rabbi.. :')

Cerita sedikit tentang bapak (aku manggilnya Kokoh). Kokoh itu salah satu orang yang disegani di desaku, bahkan keluarga besarku sangat suka berdiskusi dengan Kokoh. Kokoh meskipun sekolah hanya sampai SMA (Kokoh kakak kelasku, hehee), tapi pemikirannya luas. Beliau suka baca buku dan belajar otodidak. Kokoh mengakui bahwa dulu Kokoh sombong saat masih muda. Mamah bilang bahwa Kokoh memang jadi idola karena ganteng dan pinternya. Kalau aku ngliat foto Kokoh waktu masih muda, emang Kokoh itungannya ganteng. Tinggi kurus dan hidungnya mancung kayak burung bethet (tapi aku pesek, hufft)
Kokoh punya cita-cita bisa kuliah di Australia atau Belanda. Tapi semua harapan itu pupus ketika kecelakaan waktu kelas 2 SMA (jujur aku nangis ketika nulis ini..). Orang tua Kokoh ngga ngebiayain kuliah, karena mikirnya, "cacat itu ngga berguna, buat apa kuliah". Akhirnya Kokoh ya merantau dan cari kerja. Awalnya jadi desainer grafis di perusahaan di Jakarta. Karena ada krisis moneter trus di PHK. Setelahnya jadi guru matematika di SMA Kosgoro. Setelahnya mbuka bengkel elektronik di rumah (beliau belajar otodidak tentang elektronika). Saat ini Kokoh sudah tua, beberapa waktu lalu suka masuk keluar rumah sakit karena sakit yang mengharuskan Kokoh buat keringetan. Akhirnya Kokoh nggarap sawahnya tanteku. Hasilnya? Kokoh sekarang kurusan dan jadi item bersinar gitu. Padahal aku sama Kokoh, putihan Kokoh kemana-mana.

Lanjut, judulnya aja "Dakwah dengan Kapasitas Diri" mana ceritanya?
Okee.. tadi itu intro, hahaa

Jadi gini, aku kemarin dapet kiriman iqro banyak banget dari salah satu temenku. Aku sengaja minta buat koleksi sebenernya. Tapi ini kok banyak banget, tek kira cuma 6, ternyata 150 biji dengan 25 buah tiap jilidnya. Alamaakk...


Akhirnya aku baca-baca dan buka. Dulu aku ngajinya pake qiroati, jadi sedikit beda. Tapi intinya tetep sama, buat belajar ngaji. Kebetulan juga ada yang minta ajarin ngaji, Insya Allah aku ngajarin pake iqro itu. Mahasiswa yang aku ajar, minta ngajinya dari awal katanya, Alhamdulillah..
Ada juga waktu aku nongkrong di Unit Usaha Mujahidin, ada adik tingkat yang pengen diajarin ngaji juga. Semoga besok ketemu lagi.. Ini salah satu buat dakwah meskipun ilmuku masih cethek banget.

Selain itu, aku punya harapan bisa bikin pasukan. Apa maksudnya? Jadi aku belajar sesuatu, kemudian aku sebar luaskan kepada banyak orang, dengan harapan mereka mau menularkan ilmunya untuk kebaikan dan juga semakin paham dengan tujuan hidup mereka.

Untuk sekarang, aku udah bisa nari Aceh. Kenapa aku pilih tari Aceh? Karena gerakannya cepet dan mengagumkan. Yang jelas, di dalamnya tergantung pesan-pesan dakwah lewat lagunya. Pakaiannya juga menutup aurat, jadi pas buat sarana dakwah lewat seni dan budaya. Dan Alhamdulillah.. aku diamanahi rektorat UNY untuk mendirikan sanggar tari Aceh. Insya Allah tahun depan akan terealisasi. Dan juga aku dibantu dosen pembimbingku, Herr Akbar Kuntardi Setiawan untuk pembiayaan alat musik. Sueneeeengnya kebangetan..
Tapi sebelumnya di tahun 2015 aku dah ngajarin adik-adik nari Aceh di rohisnya UNY. Dan syukur diberi kesempatan untuk nampil di acaranya banyak UKM dan juga Islamic Book Fair, yeahhhh!
Selain itu aku juga ngajar dengan sukarela di TPA-TPA..

Saat SMA aku juga belajar bela diri. Dan ilmunya masih ada sampai aku kuliah, meskipun ngga sekeren dulu karena vacuum latihan. Akhirnya aku diminta buat nglatih bela diri akhwat di rohisnya FIP UNY. Di tahun 2015 juga.. Seneeeeeng..

Dan masih banyak lagi..

Untuk saat ini, aku belajar panahan dan merutinkan latihan renang. Aku ingin teman-temanku belajar mencintai sunnah Rasulullah. Pengen banget ngajarin ke mereka yang belum berkesempatan, :')

Jadi, intinya.. kita semua punya kapasitas diri untuk berkontribusi bagi agama yang indah ini, Islam. Ada yang dakwah lewat drama, lewat tulisan, lewat berdagang. Banyaak banget. Kebetulan aku lebih condong ke seni budaya dan olahraga. Jadi, apapun passionmu, apapun pekerjaanmu, itu bisa buat sarana dakwah. Berikanlah hadiah terindah saudara-saudaramu dengan caramu sendiri.. ^_^